KOMPAS.com — Google mengubah kebijakan penjualan aplikasi Android di Indonesia. Selain menampilkan harga aplikasi dengan mata uang rupiah, sekarang pengembang asal Indonesia juga bisa merilis aplikasi Android berbayar di Google Play Store.
Mulai Jumat (7/2/2014), Google sudah mau mentransfer uang hasil penjualan aplikasi Android berbayar ke rekening bank di Indonesia. Ini sangat memudahkan pengembang Indonesia dalam menjual aplikasi berbayar karena mereka tak perlu lagi berurusan dengan perantara dari negara lain.
Cukup dengan membuka rekening bank di Indonesia, dan mendaftarkannya di Play Store, maka pengembang dapat menerima transfer uang hasil penjualan aplikasi dari Google.
Pengguna Android di Indonesia sendiri mulai hari ini sudah bisa membeli aplikasi di Play Store dengan harga mulai Rp 12.000.
CEO pengembang game TouchTen, Anton Soeharyo, menyambut perubahan kebijakan yang sangat memudahkan pengembang asal Indonesia ini. "Ini perubahan yang bagus, dan kami jadi semangat untuk membuat game di Android. Kami bisa langsung tarik uang hasil penjualan dari bank di Indonesia," kata Anton saat dihubungi KompasTekno.
Sebelumnya, Google tidak mau mentransfer uang hasil penjualan aplikasi Android ke rekening bank di Indonesia. Hal ini membuat pengembang Indonesia hanya dapat melakukan registrasi dan memublikasikan aplikasi gratis di Play Store.
Sementara itu, jika ingin memublikasi aplikasi atau game berbayar, pengembang aplikasi lokal biasanya menjalin kemitraan dengan publisher aplikasi atau game dari Singapura, Hongkong, atau Amerika Serikat.
Jika menjalin kemitraan dengan publisher di luar negeri, biasanya mereka memotong keuntungan pengembang. CEO perusahaan pengembang aplikasi DyCode asal Bandung, Andri Yadi mengatakan, publisher biasanya meminta biaya sekitar 10 persen dari total 70 persen yang diterima pengembang atas aplikasi Android berbayar yang mereka jual.
"Kalau dulu untung kita jadi berkurang, jadi hanya dapat 60 persen dari hasil penjualan. Tapi sekarang developer di Indonesia sudah bisa dapat untung 70 persen, dan 30 persennya untuk Google," kata Andri.
Meski sekarang pengembang aplikasi di Indonesia sudah bisa berjualan langsung di Play Store, mereka masih harus dihadapkan pada masalah klasik dalam ekosistem Android, yaitu pembajakan aplikasi. Dalam kasus ini, dibutuhkan kesadaran pengguna untuk lebih menghargai karya dan kreativitas para pengembang.
Potong pulsa
Pengembang aplikasi dan game di Indonesia sebenarnya punya harapan besar agar Google mau menerima pembayaran dengan metode potong pulsa, lantaran jumlah pengguna kartu kredit di Indonesia tidak mengalami pertumbuhan signifikan. Sementara itu, untuk membeli aplikasi, pengguna ponsel pintar atau tablet di Indonesia lebih familiar dengan metode potong pulsa.
"Di Jepang dan Korea Selatan, Google sudah membuka metode pembayaran potong pulsa untuk pembelian aplikasi Android. Ini salah satu alasan kenapa pengembang di sana kaya, dan ekosistemnya tumbuh pesat," ujar Anton.
Beberapa perusahaan operator seluler di Indonesia sudah berusaha melobi Google agar mau membuka metode potong pulsa. Namun, hingga kini Google belum merealisasikan hal itu.
Toko aplikasi online Windows Phone, Nokia Store, dan BlackBerry World sudah lama membuka metode potong pulsa hasil kerja sama dengan perusahaan operator seluler. Hal ini sangat memudahkan pengembang untuk mendapatkan uang dari aplikasi mereka.